Tuesday 6 April 2010

Ibnu Sina, Dokter dari Segala Dokter

DUNIA kedokteran dan pengobatan modern tidak bisa lepas dari nama besar Ibnu Sina, dialah yang memperkenalkan cara-cara pengobatan dan sekaligus dengan obatnya, ia juga yang memperkenalkan penyembuhan secara sistematis, yang menjadi rujukan selama berabad-abad.Ilmuwan bangsa Persia ini pula yang pertama mencatat dan menggambarkan anatomi tubuh manusia secara lengkap. Lebih khusus lagi, ia mengenalkan dunia kedokteran pada ilmu yang sekarang diberi nama pathology dan farmasi yang menjadi bagian penting dari ilmu kedokteran.

Karena kontribusinya yang begitu banyak pada dunia kedokteran, tidaklah berlebihan bila beliau mendapat banyak penghargaan, selain sebagai Bapak Kedokteran Dunia, dia pun mendapat julukan  Bapak Pengobatan Modern, bahkan dijunjung sebagai Dokter dari Segala Dokter.

Siapakah Ibnu Sina?
 Ibnu Sina yang memiliki nama asli Abu Ali al-Husain bin Abdullah bin Hassan Ali bin Sina merupakan dokter dan filsuf termasyur kelahiran tahun 980 di Afsana dekat Bukhara (sekarang bagian Uzbekistan). Di Barat, ilmuwan serba bisa ini, dikenal dengan nama Avicenna. Ayahnya seorang sarjana terhormat dan gubernur di wilayah Kerajaan Samaniah.

Di usia 5 tahun Ibnu Sina telah memperlihatkan bakatnya, ia memiliki kepintaran dan ingatan yang luar biasa, pada usia 10 tahun mampu menghafal Alquran. Di usia remaja sudah menguasai berbagai ilmu pengetahuan, selain ilmu agama ia pun mempelajari matematika, logika, fisika, geometri, astronomi, kedokteran dan metafisika.

Dia mempelajari kedokteran pada usia 16 tahun, dan tidak melulu belajar teori kedokteran, namun dipraktikkan melalui pelayanan pada orang-orang sakit, dengan perhitungannya sendiri ia menemukan metode-metode baru dalam hal perawatan pasien.

Kepopulerannya sebagai doktor, dimulai pada usia 17 tahun ketika ia berhasil menyembuhkan salah seorang penguasa Dinasti Samaniah, Nuh bin Mansur. Para tabib kala itu tidak mampu menyembuhkan penyakit sang raja.

Sebagai rasa terima kasih, sang raja meminta Ibnu Sina menetap di istana, tetapi Ibnu Sina menolaknya, dia hanya meminta izin menggunakan sebuah perpustakaan kerajaan. Dari sinilah ilmunya yang luas semakin bertambah.

Pada usia 18 tahun ia sudah memperoleh predikat sebagai dokter yang mumpuni. Menurutnya, kedokteran bukanlah ilmu yang sulit atau menjengkelkan seperti halnya matematika dan metafisika, sehingga ia pun cepat memperoleh kemajuan dalam bidang ini, ia menjadi dokter yang sangat baik dalam merawat para pasiennya dengan obat-obatan yang sesuai, walaupun tidak dibayar.

Canon of Medicine
Dari pengembaraannya dalam mencari ilmu, Ibnu Sina banyak meninggalkan karya-karya tulis yang cemerlang, ada kurang lebih 450 buah buku yang telah dia hasilkan sebagian besar berpusat pada kedokteran dan filsafat. Al-Qanun Fit Thib (The Canon of Medicine) dan Asy-Syifa (The Book of Healing) merupakan karyanya yang sangat fenomenal, selama 15 abad kedua buku ini telah menjadi literatur penting bagi fakultas-fakultas kedokteran di Eropa, dan ilmu kedokteran modern mendapat pelajaran darinya.

Qanun fit Thib (Peraturan-peraturan dalam Ilmu Kedokteran), berisikan berbagai macam cara penyembuhan dan obat-obatan. Di dalamnya tertulis jutaan item mengenai pengobatan dan  obat-obatan, sehingga kitab ini sering disebut sebagai Ensiklopedia Pengobatan. Inilah salah satu teks yang paling berpengaruh dalam sejarah pengobatan.

Canon of Medicine telah menjadi panduan utama ilmu kedokteran di Barat dan di Timur dan disebut-sebut telah mempengaruhi pemikiran Leonardo da Vinci. Hingga tahun 1650, Canon masih digunakan sebagai buku teks wajib di Universitas Leuven (Belgia) dan Universitas Montpellier (Prancis).

Sementara itu, dalam Kitab Penyembuhan (Asy-Syifa) Ibnu Sina menuliskan tentang masalah penyakit dan pengobatan sekaligus obat yang dibutuhkan berkaitan dengan penyakit yang bersangkutan. Kitab Asy-Syifa yang terdiri dari 18 jilid ini  juga dikenal dalam dunia kedokteran sebagai Ensiklopedia Filosofi Dunia Kedokteran. Naskah aslinya sekarang disimpan di Universitas Oxford, London.

Penemu Peredaran Darah
Kepakaran Ibnu Sina dalam bidang kedokteran tak pernah diragukan. Dialah yang pertama menemukan sistem peredaran darah manusia, yang 600 tahun kemudian disempurnakan oleh William Harvey. Dia pula yang pertama kali mengatakan bahwa bayi selama masih dalam kandungan mengambil makanannya lewat tali pusar.

Ibnu Sina telah mempraktikkan cara pembedahan untuk penyembuhan penyakit, dan menjahitnya kembali. Bahkan dia juga dikenal sebagai dokter ahli jiwa dengan cara-cara modern yang kini disebut psikoterapi.

Kehidupan Ibnu Sina penuh dengan kerja keras, waktunya dihabiskan untuk urusan negara dan menulis, sehingga ia mengidap maag kronis yang tak dapat diobati. Ibnu Sina wafat pada 1037 di Hamadan pada usia 58 tahun. Namanya diabadikan pada salah satu kawah di bulan, Avicenna crater, dan potretnya masih menggantung di Hall of The Faculty of Medicine di Universitas Paris. (dari berbagai sumber)***

No comments:

Post a Comment