Thursday, 10 July 2008

Stroberi Israel "Digantung" di Udara

BAGI para petani stroberi di Tanah Air, tak asing lagi dengan yang namanya varietas kalifornia. Memang, tak bisa dipungkiri Amerika Serikat merupakan produsen stroberi terbesar di dunia, sementara sisanya ditempati negara-negara Eropa. Walaupun teknologi greenhouse juga diterapkan di sana, namun para petani stroberi di AS belum mengadopsi sepenuhnya teknik ini dalam meningkatkan produksi stroberinya. Hampir 100% produksi stroberi Negara Paman Sam dilakukan di ladang-ladang terbuka, menggunakan plastik mulsa dengan tanah yang disterilisasi menggunakan methyl bromida.

Luput dari perhatian, Israel negeri kecil yang lebih dari setengahnya berupa gurun pasir, merupakan negara produsen sekaligus eksportir stroberi yang patut diperhitungkan dengan produksinya yang terus meningkat, sehingga tidak heran bila beberapa petani stroberi di Indonesia mengenal salah satu varietasnya yaitu stroberi Israel, di samping varietas Selandia Baru, Australia dan Yates.

Stroberi merupakan tanaman herba famili Rosaceae, yang secara luas dikonsumsi di seluruh dunia. Bunga dari genus Fragaria ini bersifat biseksual dan mayoritas penyerbukannya dilakukan sendiri. Fragaria vesca ini tumbuh baik pada iklim dingin namun memerlukan cukup cahaya matahari.

Para petani di negara-negara Eropa telah mengadopsi berbagai metode "memaksa tumbuh" stroberinya selama musim dingin untuk meningkatkan harga pasar. Di Belanda dan Belgia, stroberi ditanam di dalam greenhouse menggunakan kantong-kantong dan pot yang diisi substrat berbasis peat. Stroberi juga "dipaksa" untuk tumbuh di lorong-lorong (tunnel) berbahan polyethylene seperti budidaya yang dilakukan di Spanyol, Italia, Prancis, Inggris dan Jerman.

Sementara di Israel dan sebagian daerah otoritas Palestina, stroberi tumbuh sebagai tanaman tahunan, dari September hingga Mei. Di Israel, stroberi ditanam di bawah tunnel polyethylene dan greenhouse menggunakan parit PVC serta wadah-wadah styrofoam yang diisi media nontanah seperti campuran sabut kelapa dan perlit. Varietas yang biasa ditanaman adalah "douglas" dan "tufts". Juga varietas hasil silangan lokal seperti nurit, rachel, dorit, dan ofra.

Salah satu penemuan paling sukses dalam budidaya stroberi di Israel adalah dengan cara "menggantung", yakni menanam stroberi pada media-media yang digantung di udara dalam greenhouse. Inovasi ini diharapkan bisa mengubah cara lama bercocok tanam yang kerap menuai masalah. Penanaman stroberi sering bermasalah bila ditanam pada tanah berpasir, kerap tercemar jamur yang tumbuh di tanah berpasir. Stroberi juga memperoleh reputasi buruk karena penggunaan pestisida. Pasar ekspor stroberi Israel ke Eropa sering terganjal karena residu pestisida ini.

Gagasan mengangkat stroberi dari tanah dan menumbuhkannya pada media lepas (kotak-kotak sepanjang 30 meter digantung di udara di dalam greenhouse) datang dari ahli agronomi Dr. Menachem Dinar, yang hingga kini berperan sebagai direktur divisi pengembangan sayuran dan perlindungan tanaman Kementerian Pertanian Israel.

Terbatasnya lahan pertanian, memacu para ilmuwan Israel untuk "mencaplok" lahan-lahan gurun pasir sebagai lahan bercocok tanam, dengan mengembangkan dan memperkenalkan varietas-varietas tanaman yang cocok dengan kondisi wilayah gersang tersebut dan didukung oleh sistem pengairan yang hemat seperti sistem irigasi tetes. Hasilnya, kini lebih dari 40 persen lahan sayuran dan buah-buahan muncul di gurun Negev dan Arava, bahkan 90 persen ekspor melon dihasilkan dari gurun pasir Arava ini. Meningkatnya ekspor ke Eropa baru-baru ini dalam bentuk komoditas hortikultura, buah-buahan maupun tanaman hias dari lembah-lembah panas di gurun Israel, menjadikan Israel sebagai "greenhouse"nya Eropa.

"Pengendus" Stroberi Masak

Dukungan teknologi bagi pengembangan pertanian tengah gencar dilakukan di Israel. Baru-baru ini para peneliti di Israel telah mengembangkan alat "pengendus" elektronik untuk menentukan kematangan dan kualitas stroberi. Seperti diketahui, setiap buah menjelang matang akan sering mengeluarkan sejumlah senyawa aromatik. Alat pengendus ini akan menangkap dan "merasakan" senyawa volatil (mudah menguap) tersebut. Hebatnya, pengendus ini hanya butuh kurang dari satu detik untuk merespon. Alat semikonduktor ini bermanfaat dalam proses sortasi, atau sampel kontrol kualitas buah stroberi. (Dede Suhaya/dari berbagai sumber)***


Soal Pertanian, Bercerminlah pada Israel

INDONESIA dan Israel memang berbeda. Indonesia merupakan negara yang sangat luas, tidak sedikit lahan subur untuk pertanian. Namun teknologi sangat minim dukungannya pada pertanian, sehingga kemakmuran tak pernah dirasakan para petaninya. Di Israel malah sebaliknya, dengan lahan yang terbatas, sebagian besar padang pasir, tapi pertanian di sana didukung riset dan pengembangan yang serius. Dalam bidang pertanian, tak ada salahnya, Indonesia mencontoh negara Zionis ini.

Kelangkaan sumber air dan terbatasnya lahan bukanlah bencana bagi mereka, faktanya produksi pertanian di Israel terus tumbuh. Inilah fenomena yang cukup unik, hasil yang dicapai ini tak lain buah dari kerjasama yang "akrab" dan terus menerus di antara para peneliti, pekerja, petani serta layanan/industri yang berhubungan dengan pertanian.

Berkesinambungannya riset dan pengembangan yang berorientasi aplikasi telah dilakukan di negara yahudi ini sejak awal abad ini. Sektor pertanian saat ini seluruhnya hampir berbasis pada sains-teknologi, yang didukung agen-agen pemerintah, institusi akademis, industri dan badan-badan lainnya, mereka bekerjasama untuk mencari solusi suatu permasalahan

R&D (riset dan pengembangan) Israel telah mengembangkan teknologi-teknologi berbasis sains yang secara dramatis mampu meningkatkan jumlah dan mutu produk-produk negara. Kunci suksesnya terletak pada dua aliran informasi antara personel riset dan para petani.

Lewat jaringan layanan ekstensi (dan keterlibatan petani secara aktif dalam tahap R&D), masalah-masalah di lapangan dibawa langsung ke para peneliti untuk diambil pemecahannya, dan hasil-hasilnya secara cepat dikirimkan lagi ke lapangan untuk diujicoba, diadaptasikan dan kemudian diimplementasikan. (DS/sumber: Agrictech Israel Magazine)***

1 comment: