SEBANYAK 1.500 sapi di peternakan Blue Spruce Farm, Bridport, Vermont, Amerika Serikat kini selain menghasilkan susu, mereka juga bisa membangkitkan listrik.
Gas metan yang keluar dari tahi atau kotoran sapi-sapi tersebut bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik, paling tidak bagi keperluan sendiri dan lingkungan sekitarnya. “Ini pertama kalinya suatu pembangkit berbasis peternakan telah menawarkan bagi konsumen suatu pilihan yang bisa diperbaharui,” ujar Steve Costello dari Central Vermont Public Service Corp.
Bagaimana sebenarnya proses pembangkit listrik tahi sapi ini?
Secara garis besar, prosesnya dimulai dari kotoran sapi yang dipanaskan sehingga menghasilkan gas metan ketika terurai, proses ini membutuhkan waktu sekitar tiga minggu. Gas tersebut kemudian dikumpulkan dan digunakan untuk menjalankan generator, yang mengalirkan listrik ke jala-jala energi ini.
Sejauh ini sekitar 1.000 pelanggan telah menandatangani untuk membayar sekitar 4 cent lebih setiap kWh listrik untuk keperluan para petani ini. Kategori rumah tangga biasanya membayar sekitar 12 cent setiap kWh-nya dari listrik pemerintah.
Earl Audet, pemilik peternakan ini bersama saudaranya, berharap sapi-sapinya mampu membangkitkan cukup listrik untuk keperluan sekitar 330 rumah tangga.
“Para betina ini secara resmi memproduksi dua aliran pendapatan bagi kami, susu dan energi,” ujar Earl Audet. “Inilah salah satu cara untuk diversifikasi peternakan, memperbaiki usaha utama, dan mengelola limbahnya secara bertanggung jawab.”
Peternakan Audets berharap penjualan dari energinya bisa menutupi pembayaran listrik tahunan yang nilainya mencapai US$ 70.000 untuk peternakan ini. Dalam tujuh tahun ke depan, Audet berharap bisa bebas sepenuhnya dari tagihan ini.
Sementara operasional pembangkit listrik ini memerlukan kotoran sapi yang tidak sedikit, namun untuk memulai proyek ini tidaklah murah, mengubah metan menjadi listrik memerlukan peralatan yang mahal. Biaya untuk menjalankan proyek pembangkit listrik di Audets saja bisa mencapai sekitar US$1,2 juta, itu pun setengahnya ditutupi oleh negara bagian dan hibah dari pemerintah federal.
Walaupun demikian, hasil studi menunjukkan bahwa kotoran sapi merupakan sumber energi yang menjanjikan. Suatu saat akan menjadi sumber yang berguna untuk menopang energi bagi negara-negara berkembang.
Menurut taksiran Farm Bureau, sebuah pabrik susu sapi dengan jumlah sapi 1.500 ekor bisa menghasilkan hingga 1 megawatt listrik, ini cukup untuk keperluan energi 1.000 rumah. Sementara studi yang dilakukan Federasi Pabrik Susu Washington, menyebutkan limbah dari ternak sapi perah dalam satu desa bisa membangkitkan listrik hingga 10 megawatt, cukup untuk menerangi 8.000 rumah.
Membangkitkan listrik dari kotoran sapi memiliki keuntungan lain. Di antaranya, mengekstrak gas dari kotoran ruminansia ini bisa menghilangkan baunya yang menyengat hingga 90 persen. Kotoran yang telah ’dimasak’ juga bisa digunakan sebagai alas tidur bagi hewan dan bermanfaat sebagai kompos. (Dede Suhaya/AP)
Foto: AP
“Pencernaan Anaerob”
TEKNOLOGI untuk mengubah kotoran sapi menjadi metan, merupakan proses yang disebut ”pencernaan anaerob” (anaerobic digestion).
Pencernaan anaerob menggunakan mikroorganisme untuk mengubah kotoran sapi menjadi gas metan. “Teknologi ini sepenuhnya ’ramah petani’ (dan) memerlukan sangat sedikit perawatan dan observasi,” ujar manajer peternakan Hague, David Armstrong.
Teknologi pencernaan anaerob, menurut Wilkie ahli mikrobiologi lingkungan Universitas Florida AS, sudah digunakan di beberapa kota untuk mesin pengolahan air limbah. Mesin limbah air di Tampa menggunakan unit anaerob untuk menjalankan fasilitas itu, sementara mesin di Plantation menggunakan metan untuk bahan bakar armada kendaraannya.
Proses produksinya mampu menghilangkan bau dibanding pengolahan aerobik tradisional yang menggunakan oksigen, sementara sistem anaerob mencegah udara dan bau keluar.
Limbah makanan dari rumah juga bisa digunakan dalam sistem ini.
Teknologi seperti itu bisa memberi energi secara mandiri bagi pabrik susu sapi. Terutama bila keadaan darurat, terjadi bencana misalnya, yang menyebabkan pasokan energi terputus. (DS/ gvillesun.com)***
apakah dapat diaplikasikan untuk skala rumah tangga yag hanya memilikisapi 5 - 10 ekor saja, dan biayanya apakah ekonomis ???
ReplyDelete