Saturday, 14 June 2008
"Vertikultur", Bertanam di Lahan Terbatas
HOBI berkebun banyak sekali manfaatnya, selain terciptanya lingkungan yang sejuk dan menyehatkan, juga dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari. Sayuran, rempah-rempah dan buah-buahan yang segar bisa dipasok dari kebun sendiri, sehingga dapat mengurangi biaya rumah tangga, bahkan tidak menutup kemungkinan hasil kebun bisa dijual untuk menambah pendapatan.
Namun, bisakah kegiatan berkebun diwujudkan di daerah perkotaan, dimana hampir setiap rumah hanya memiliki lahan yang sangat sempit dan terbatas?
Jawabannya, bisa! Vertikultur adalah solusinya. Inilah cara bercocok tanam di lahan sempit, tanpa banyak mengeluarkan biaya, waktu dan tenaga. Jadi, hobi berkebun tetap bisa disalurkan walau terbentur sempitnya lahan.
Istilah vertikultur berasal dari bahasa Inggris, verticulture. Terdiri dari dua kata, vertical dan culture. Di dalam dunia pertanian, pengertian vertikultur adalah budidaya tanaman dengan cara bertingkat atau bersusun, memanfaatkan ruang ke arah atas.
Pada dasarnya jenis bertani semacam ini tidak jauh berbeda dengan bertani di kebun atau ladang. Sama-sama membutuhkan sinar matahari, air dan unsur-unsur hara untuk pertumbuhannya. Perbedaannya hanya terletak pada lahan yang digunakan. Dalam sistem pertanian konvensional, misalnya, satu meter persegi mungkin hanya bisa menanam lima pohon. Dengan vertikultur, lahan seluas itu bisa ditanami sampai 20 pohon.
Teknik pertanian bertingkat seperti ini biasanya untuk membudidayakan tanaman semusim atau berumur pendek, seperti sayuran. Aneka sayuran yang dapat ditanam antara lain seledri, selada, kangkung, bayam, kemangi, sawi, caisim atau kailan. Pohon cabai, tomat, atau terong, juga mudah sekali tumbuh dengan cara ini. Jenis tanaman obat-obatan atau tanaman hias pun layak untuk dicoba.
Sistem pertanian vertikultur sangat cocok diterapkan di kota-kota besar, sanggup pula dikembangkan di daerah rawan banjir. Pasalnya, kebun mini ini sifatnya portable alias dapat dipindah-pindahkan dengan mudah. Menurut para pengamat pertanian, vertikultur merupakan solusi pertanian masa depan, hemat lahan dan ramah lingkungan.
Karena pengertian pertanian vertikal, sistem yang dipakai adalah bersusun ke atas dengan membuat rak-rak untuk menaruh tanaman. Rak tersebut dapat dibuat dari kayu atau bumbu. Bila ingin lebih kuat dapat menggunakan kerangka dari besi. Tapi ongkos pembuatannya akan lebih mahal.
Mengenai bentuk dan ukuran rak, terserah kreativitas masing-masing, yang penting sanggup menopang atau diisi banyak tanaman, kuat dan mudah dipindah-pindahkan. Tipe yang umum dipakai berbentuk persegi panjang, segitiga, atau mirip anak tangga, lengkap dengan undak-undakannya. Dapat pula dibuat dengan sistem gantung ke langit-langit atau atap. Karena bertanam di lahan terbatas, yang diperlukan adalah wadah atau pot tempat menanam tanaman. Wadah atau pot bisa memanfaatkan barang-barang bekas seperti kaleng cat, kaleng biskuit, ember, botol air mineral atau kantung plastik polybag. Sejumlah pot tersebut disusun di atas rak bertingkat. Talang PVC juga bisa dimanfaatkan sebagai pot tanaman.
Perlu ditekankan, kunci keberhasilan bercocok tanam dalam pot terletak pada media tanamnya, untuk itu perlu perhatian ekstra. Media tanam bisa dibuat sendiri. Beberapa praktisi menyarankan, bahan media tanam berupa campuran tanah liat, pasir, sekam, dan pupuk kandang, dengan perbandingan 10:5:1:2.
Mengenai bibit tanaman, petani vertikultur juga dapat menyemainya sendiri. Dengan penyemaian sederhana yang diambil dari pohon yang telah mampu menghasilkan bibit. Caranya yaitu dengan membiarkan buah matang atau setengah kering di pohon. Lalu bijinya dikeringkan dengan cara dijemur. Untuk benih tanaman semusim, pilih yang bentuknya bagus dan tidak cacat, serta tenggelam bila direndam air. Sebelum disemaikan benih direndam dulu dalam air hangat selama satu jam, agar benih lebih cepat berkecambah. Setelah 3 minggu biasanya bibit siap dipindahtanamkan ke dalam wadah penanaman. Kotak kayu, plastik persegi empat atau polybag kecil sangat baik sebagai tempat persemaian. Untuk pengadaan bibit tanaman lain dapat diperoleh dari hasil stek atau cangkokan.
Dalam budidaya sistem vertikal ini yang perlu juga diperhatikan adalah perletakan jenis tanaman. Sayuran yang banyak membutuhkan sinar matahari seperti cabai, selada atau sawi sebaiknya diletakkan pada bagian paling atas. Sedangkan tanaman jenis ginseng, seledri, serta kangkung bisa di bagian tengah atau bawah.
Perawatan pada tanaman adalah berupa penyiraman dan pemupukan. Pencegahan hama dan penyakit diusahakan seminimal mungkin, kalau tidak perlu jangan menggunakan pestisida. Satu minggu sekali diberi pupuk tambahan berupa 20 gram urea dan KCl yang dilarutkan dalam 10 liter air. Satu wadah penanaman butuh 2 liter larutan pupuk. Pemupukan diberikan sampai 7 kali. (Dede Suhaya/dari berbagai sumber)***
Foto: sinarharapan.co.id
Memanfaatkan Pipa Pralon
SISTEM vertikultur di luar negeri sudah demikian maju, menjadi hobi yang begitu serius. Di sana pot-pot vertikal khusus vertikultur sudah banyak tersedia dengan berbagai bentuk yang menarik dan estetis. Anda tinggal memasukkan media tanam, masukkan benih, praktis deh.
Bagi pekebun yang kreatif, pot vertikal seperti itu bisa siasati menggunakan pipa pralon (PVC) berdiameter 16 cm dengan panjang 90 cm. Sekeliling tabung pralon diberi sejumlah lubang dengan diameter 2,5 cm. Jarak antar lubang 12 ñ 24 cm. Dalam satu tabung bisa dibuat 4 x 5 baris lubang, dan lubang pertama dan terakhir ambil jaraknya 7,5 cm dari tepi lubang tabung.
Bila tabung PVC sudah siap untuk digunakan, masukkanlah media tanam ke dalamnya. Kemudian tabung digantung dengan dasar tetap menempel ke tanah. Untuk menggantung tabung pralon bisa digunakan kawat. Langkah selanjutnya adalah menanam bibit ke setiap lubang.
Agar bibit segera pulih ketika dipindahkan serta meningkatkan produksi, media tanam sebaiknya disiram dulu dengan larutan pemacu. Starter solution ini bisa dibuat sendiri dengan cara mencampurkan 364 gram urea, 333 gram TSP dan 303 gram KCl dalam 8-9 liter air. Bila akan disiramkan larutankan 0,5 liter formula ini dengan 5 liter air.
Sebatang bambu dengan diameter minimal 10 cm bisa menggantikan peran tabung PVC seperti ini, namun sebelumnya harus melubangi sekat pada setiap ruasnya. Gerabah yang dibuat berlubang-lubang juga bisa dipakai, atau papan-papan yang dibentuk kotak memanjang pun bisa dimanfaatkan. (DS/sumber: Trubus)***
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Probably I can say with this blog make, more some interesting topics.
ReplyDelete