Biodiesel adalah bahan bakar yang berasal dari makhluk hidup, kebanyakan merupakan minyak nabati (tumbuhan). Biodiesel biasanya digunakan sebagai campuran/dioplos dengan solar, atau sepenuhnya menggantikan petroleum diesel tersebut. Bukankah ketika mesin diesel tercipta seabad silam oleh Rudolf Diesel juga memanfaatkan minyak kacang tanah sebagai bahan bakarnya.
Setidaknya ada 60 macam tumbuhan yang berpotensi sebagai bahan baku biodiesel di antaranya adalah jarak, kelapa sawit, randu, nyamplung, kelapa, jagung, singkong, nimba, kakao, kayu manis, kelor, kemiri, padi, pepaya, rambutan, sirsak, srikaya, wijen, kecipir, karet, kosambi. Yang sudah diteliti dan diterapkan sebagai bahan bakar adalah pohon jarak dan kelapa sawit.
Untuk menjadi bahan bakar, minyak nabati yang dihasilkan karakteristiknya mesti menyerupai solar. Kelapa sawit memang cukup melimpah di negeri ini, namun tidak terlalu diandalkan untuk bahan biodiesel, karena selama ini juga dibutuhkan oleh industri pangan, selain juga membeku pada suhu 16 derajat C.
Para ahli menyarankan minyak jarak pagar (Jatropha curcas) sebagai alternatif paling potensial. Soalnya, kadar minyaknya relatif tinggi, 30% per kg biji kering dan tidak dikonsumsi. Minyak jarak membeku pada suhu 3 derajat C. Nyamplung (Callophyllum inophyllum) dengan kadar minyaknya yang tinggi (40 - 73%) banyak dilirik, namun ketersediaan biji masih terbatas.
Satu lagi yang cukup menjanjikan adalah kapok atau randu (Ceiba petandra). Nimba atau mimba, bisa juga diekstrak menjadi biodiesel, daging biji Azadirachta indica ini 50% mengandung minyak lemak. Hasil ekstraksi alkohol pada daging biji nimba, bila diperah menghasilkan minyak nimba. Melalui proses metalonisis atau etalonisis alias penghancuran alkohol akan dihasilkan biodiesel yang cukup berkualitas.
Jagung juga berpotensi sebagai biodiesel. Biji, kulit dan batangnya mengandung etanol. Unsur ini dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan atau dicampur dengan bensin menjadi gasohol (gasoline alcohol). Kelebihan etanol sebagai bahan bakar, tingkat oktannya tinggi (104 RON) dibanding bensin (95-98 RON). Bila dicampur dengan bensin, kadar oktan bensin akan terdongkrak, sehingga kinerja mesin pun meningkat. Penggunaan gasohol pun membuat busi dan pelumas tetap bersih karena pembakaran lebih sempurna.
Selain dari jagung, gasohol juga bisa dihasilkan dari singkong, yang diproses menjadi ethanol anhydrous 99% atau bioetanol fuel grade. Gasohol singkong ini bisa dicampur dengan bensin hingga 20%, sebagai aditif atau bahkan 100% sebagai pengganti BBM kendaraan tanpa mengubah mesin.
Anda kenal kakao (Theobroma cacao), di balik kelezatannya juga tersimpan manfaat sebagai kandidat biodiesel. Biji kakao mengandung 54-58% minyak lemak. Seperti juga jagung, minyak kakao mengandung etanol yang juga berpotensi sebagai biofuel.
Jangan dilupakan, ekstrak biji alpukat juga mengandung asam lemak methyl ester yang berpotensi sebagai bahan bakar alternatif, biodiesel alpukat. Ini sudah dicoba di AS pada sebuah bus yang berbahan bakar avocado biodiesel. Karena kadar belerang minyak alpukat ini kurang dari 15 ppm, pembakaran akan berlangsung sempurna, sementara emisi CO dan CO2 ke lingkungan bisa dikurangi. Berbagai penelitian banyak mendukung penggunaan minyak alpukat ini sebagai biodiesel. Alpukat mengandung lemak nabati yang tersusun dari senyawa alkyl ester. Bahan ester ini komposisinya mirip dengan diesel solar.
Kelapa sawit telah lama ditetapkan sebagai bahan bakar alternatif. Hasil perasannya mengandung senyawa yang tergolong monoalkil ester atau metil ester dengan panjang rantai karbon 12 - 20. Inilah bedanya dengan minyak solar yang komponen karbonnya dominan. Di Indonesia penelitian palm biodiesel dirintis sejak 1992, hasil uji coba menunjukkan kinerjanya hampir mirip dengan solar. Bahkan penggunaan minyak sawit mampu menekan emisi CO dan bebas sulfur.
And the winner is... jarak. Inilah kandidat terkuat yang akan muncul sebagai pemenangnya. Berbagai kalangan banyak mempertimbangkan pohon jarak ini, dari segi ekonomi jauh lebih murah dibanding CPO (crude palm oil), yang cukup banyak tapi mahal. Menurut perhitungan para peneliti, harga minyak jarak jauh lebih ekonomis dan kompetitif.
Kendala minyak jarak ada pada pasokan bahan baku. Saat ini areal penanaman jarak masih terbatas, padahal untuk menghasilkan 15.000 liter/hari saja dibutuhkan 2.700 ha lahan. Jika kebutuhan mencapai 2 juta kiloliter, perlu 2 - 3 juta ha lahan. Artinya harus tersedia lahan pertanaman jarak minimal 500.000 ha per tahun.
Untuk menghasilkan 1 liter biodiesel saja diperlukan 2,5 kg biji kering. Sementara pemanfaatan biji dari tanaman nonunggul hanya menghasilkan biji jarak 2-3 kg/pohon/tahun. Artinya setiap hektar lahan yang terdiri dari 2.000-2.500 tanaman hanya menghasilkan 4-5 ton biji kering atau mengeluarkan 1.000-1.500 liter biodiesel/tahun. Untuk menanam jutaan bibit jarak jelas dibutuhkan lahan yang sangat luas. Oleh karenanya program penanaman jarak harus didukung berbagai pihak, terutama pemerintah daerah.
Tidak ada yang menyangkal industri biodiesel butuh modal ratusan juta bahkan triliunan rupiah. Namun, bila semua kendala bisa diatasi bukan tidak mungkin di tahun 2010 semua mesin diesel di Indonesia sudah menggunakan biodiesel. Sudah saatnya kita kembali ke khittah sebagaimana mesin diesel pertama bisa jalan dengan minyak kacang tanah. (Dede Suhaya/dari berbagai sumber)***
Tanaman Sumber Biodiesel
Jarak pagar (Jatropha curcas), sumber inti biji; kadar (%): 40 - 60
Jarak kaliki (Ricinus communis) biji 45 - 50
Kelapa sawit (Elaeis guineensis) sabut, daging buah 45-70, 46-54
Kapok/randu (Ceiba petandra) biji 24 - 40
Jagung (Zea mays) lembaga lk. 33
Nimba (Azadirachta indica) daging biji 40 - 50
Nyamplung (Callophyllum inophyllum) inti biji 40 - 73
Alpukat (Persea gratissima) daging buah 40 - 80
Kacang tanah (Arachis hypogea) biji 35 - 55
Kakao (Theobroma cacao) biji 54 - 58
Kayu manis (Cinnamomum burmanni) biji lk. 30
Kelapa (Cocos nucifera) daging buah 60 - 70
Kelor (Moringa oleifera) biji 30 - 49
Kemiri (Aleurites moluccana) inti biji 57 -69
Sumber: dari berbagai sumber
No comments:
Post a Comment