Saturday 17 April 2010

HAARP Membuat Senjata Gempa Bumi?

SEBUAH alat dari logam seberat 6 pon ditempelkan pada tiang baja sebuah bangunan besar. Pria itu kemudian mengaktifkan mesin sederhana tersebut, lalu mencari-cari sebuah frekuensi osilasi yang akan beresonansi dengan struktur baja bangunan.

Setelah beberapa saat dia menemukan frekuensi yang tepat, dan tiba-tiba seluruh bangunan mulai berguncang keras. Dengan sigap pria kurus itu mengambil sebuah martil dan menghantamkannya untuk menghentikan mesin mungil tersebut. Namun tak urung para penghuni bangunan itu berhamburan menyelamatkan diri, polisi dan pemadam kebakaran pun berdatangan ke tempat gempa lokal tersebut.

Sebuah kisah yang ditulis wartawan A.L. Besnson untuk tabloid Hearst di penghujung 1911, yang menceritakan sebuah eksperimen yang dilakukan ilmuwan Nikola Tesla pada 1898 di laboratoriumnya di New York, Amerika Serikat (AS), perangkat yang sedang di uji coba itu adalah sebuah prototipe ”mesin gempa bumi”.


Di awal tahun 1998 sebuah projek yang bernama HAARP (High Frequency Active Auroral Research Program) telah dicurigai tengah mengembangkan sebuah senjata pamungkas berdasarkan konsep-konsep ”mesin gempa bumi” Nikola Tesla. Projek ini menurut sebagian kalangan bertanggung jawab terhadap beberapa peristiwa gempa besar, seperti gempa bumi 7,8 skala Richter (SR) di Sichuan China 12 Mei 2008, gempa bumi 7,0 SR di Haiti 12 Januari 2010, dan gempa bumi 8,8 SR di Chile 27 Februari 2010.

Ketika Haiti diguncang gempa bumi berkekuatan 7,0 SR pada 12 Januari 2010 dan menewaskan sekitar 200.000 orang, banyak media massa yang melansir pernyataan Presiden Hugo Chavez kepada surat kabar Spanyol ABC. Dalam berita disebutkan pemimpin Venezuela itu telah menuduh AS menyebabkan kehancuran di Haiti dengan menguji coba sebuah ”senjata tektonik”.

Media massa Venezuela pun melaporkan bahwa gempa bumi ini mungkin terkait dengan projek yang disebut HAARP, sebuah sistem yang dapat menghasilkan perubahan iklim yang tak terduga dan keras.

Dari penelusuran Vivanews.com, yang kemudian dilansir situs web Press TV pada 23 Januari 2010, didapat informasi bersumber dari pangkalan Angkatan Laut Rusia yang mengatakan gempa bumi Haiti bukan murni bencana alam, melainkan hasil dari uji coba senjata ”pemicu gempa”. Bahkan, juga diberitakan pada 9 Januari 2010, uji coba yang sama mengakibatkan gempa sebesar 6,5 SR di  dekat Kota Eureka, Kalifornia, AS, tak ada yang tewas dalam insiden ini, namun sejumlah bangunan dilaporkan rusak.

Benarkah berbagai gempa bumi tersebut merupakan hasil uji coba HAARP?

Salah seorang pakar dari Phillips Geophysics Lab yang ambil bagian dalam projek HAARP pernah mengungkapkan adanya riset yang diarahkan untuk menciptakan perangkat-perangkat pemicu bencana alam. Menurutnya, AS pernah menggunakan gelombang elektromagnetik berfrekuensi sangat rendah (extremely low frequency, ELF) yang mampu menembus lapisan tanah dan lautan hingga ratusan kilometer di dalam perut bumi. Melalui modifikasi khusus, gelombang itu mampu menggerakkan lempeng tektonik bumi.

HAARP juga pernah disinggung Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin di depan Komite Pertahanan dan Hubungan Internasional Duma (parlemen Rusia) pada Agustus 2002, ia menyebutnya  sebagai ”senjata geofisik terbaru yang dibuat AS yang dapat mempengaruhi medium dekat bumi dengan gelombang radiasi frekuensi tinggi”.

Pembuatan senjata semacam ini memang telah diprediksi sebelumnya. Mantan penasihat keamanan Gedung Putih Zbigniew Brzezinski dalam bukunya ”Between Two Ages‚”  menulis, ”teknologi akan menyediakan teknik untuk melakukan peperangan rahasia yang hanya membutuhkan sedikit pasukan, seperti teknik memodifikasi cuaca yang dapat menimbulkan badai yang berkepanjangan.”

Keberadaan senjata jenis ekologi bukanlah fiksi ilmiah. Seorang pakar kesehatan dan lingkungan bernama Dr. Rosalie Bertell mengkonfirmasi bahwa militer AS sedang mengerjakan sebuah sistem pengatur cuaca sebagai senjata potensial. Metodenya termasuk mengendalikan badai dan mengatur arah penguapan air di atmosfer bumi untuk menghasilkan banjir di tempat tertentu. Dugaan  ini pun diperkuat Marc Filterman, mantan pejabat militer Prancis yang mengatakan AS telah memiliki teknologi untuk memanipulasi frekuensi radio untuk melepaskan kondisi cuaca tertentu seperti badai dan topan.

Kontroversi HAARP sebagai senjata telah muncul sejak 1996 lewat sebuah buku ”Angel’s Don’t Play This HAARP: Advances in Tesla Technology” yang ditulis Dr. Nick Begich, Jr. dan Jeane Manning. Buku ini merupakan hasil dari proses pencarian kebenaran mereka  tentang projek Pentagon yang dibangun secara diam-diam. Projek senilai 30 juta USD ini secara ’halus’ dinamai HAARP yang dibuat untuk menembakkan lebih dari 1,7 gigawatt daya radiasi ke ionosfer. Secara sederhana, peralatan ini kebalikan dari teleskop radio, hanya mentransmisikan bukan menerima. Ini akan mendidihkan bagian atas atmosfer. Setelah memanasi dan mengganggu ionosfer, radiasi tinggi akan memantul kembali ke bumi dalam bentuk gelombang panjang yang menembus tubuh kita, tanah, dan lautan.

Menurut buku ini, teknologi HAARP dirancang untuk memanipulasi lingkungan dalam berbagai cara, seperti mengacaukan semua komunikasi global, mengganggu sistem cuaca, mengganggu pola-pola migrasi, mengganggu proses mental manusia, mempengaruhi kesehatan,  dan mengganggu atmosfer bagian atas. Kesimpulannya, projek HAARP merupakan sebuah teknologi yang dapat memicu senjata jenis baru, sebuah alat militer multifungsi.

 HAARP adalah sebuah projek bersama antara Angkatan Laut AS, Angkatan Udara AS, DARPA (Defence Advance Research Project Agency) dan Universitas Alaska, projek ini dimulai pada 1993 dan diprojeksikan selama 20 tahun. Fasilitas ini menempati sisi barat Taman Nasional Wrangell-Saint Elias di Gakona, Alaska. Tujuan resminya untuk mengetahui, mensimulasikan, dan mengontrol proses ionosferik yang akan digunakan untuk meningkatkan kemampuan telekomunikasi dan pengintaian.

Seperti ditulis situs resminya, www.haarp.alaska.edu, perangkat utama yang ada di stasiun HAARP adalah Ionospheric Research Instrument (IRI), sebuah pemancar radio dengan daya dan frekuensi tinggi yang dilengkapi sebanyak 180 antena, rangkaian ini menempati areal seluas 13 hektar.

Ketika diaktifkan, sistem pemancar ini mampu mengirimkan total energi hingga 3,6 juta watt, sinyal ini kemudian akan dipancarkan lewat serangkaian antene langsung menuju ketinggian 100 - 350 km pada volume kecil ionosfer yang memiliki ketebalan beberapa ratus meter dan diameter 10 km. Ionosfer adalah lapisan yang mengelilingi atmosfer bumi bagian atas, lapisan bermuatan listrik tempat cuaca dan iklim berproses.

Intensitas gelombang elektromagnetik frekuensi tinggi yang dipancarkan ke ionosfer ini mencapai 3 mikrowatt/cm persegi. Gangguan kecil akan dihasilkan yang kemudian akan diamati oleh instrumen sains yang terpasang di fasilitas HAARP. Hasil pengamatan ini akan memberi informasi baru untuk memahami  proses alamiah ionosfer.

Kita bisa membandingkan eksperimen HAARP dengan proses dinamika alami di ionosfer dalam bentuk kemunculan aurora atau cahaya kutub, namun intensitas energi aurora ratusan hingga ribuan kali lebih kuat dibanding HAARP.

Paling tidak itulah sebagian informasi yang diketahui khalayak mengenai program HAARP, namun banyak orang yang skeptis dengan penjelasan yang mudah diakses ini. Menurut sebagian orang, ada sesuatu yang lebih besar sedang dilakukan di tempat terpencil ini, yaitu pengembangan senjata pemusnah massal. HAARP disebut-sebut mampu menciptakan bencana alam banjir dengan memanipulasi penguapan air, menciptakan badai, bahkan gempa bumi. Tidak sedikit pihak-pihak yang menuntut jawaban mengenai HAARP ini, mulai dari penduduk Alaska sendiri hingga para ilmuwan AS dan Eropa. Mereka khawatir HAARP akan menciptakan kerusakan yang tak bisa dipulihkan.

Menurut dokumen yang pernah dirilis pihak militer AS, secara jelas pendirian HAARP memang untuk kepentingan departemen pertahanan. Namun, pihak militer AS menyangkal tuduhan-tuduhan mengenai pembuatan senjata pemusnah massal, ”tidak ada tujuan untuk menciptakan senjata pemusnah massal. Aplikasi HAARP hanya digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pertahanan AS seperti untuk menciptakan sistem komunikasi kapal selam yang lebih efisien, memantau dan menangkal serangan rudal yang datang tiba-tiba dan untuk memantau topografi wilayah luas untuk tujuan pertahanan.”

Teknologi pengendalian cuaca memang bukan monopoli AS, fasilitas yang sama seperti HAARP juga dimiliki Rusia namanya Sura Ionospheric Heating Facility terletak dekat Vasilsursk. Sementara Eropa memiliki  EISCAT (European Incoherent Scatter Scientific Association) yang terletak di Tromso, Norwegia. Bahkan, menurut Dr. Nick Begich, Jr., Malaysia sudah melakukan kontrak dengan perusahaan modifikasi cuaca Rusia untuk menciptakan sebuah badai yang akan diarahkan untuk menghalau asap dan kabut dari kota-kota di Malaysia tanpa merusak kota di bawahnya.

Fenomena ini tentu saja mengundang keprihatinan berbagai kalangan, bahkan mantan Menteri Pertahanan AS William Cohen sendiri pada 1997 mengaku prihatin terhadap negara-negara yang terlibat dalam terorisme jenis ekologi ini, dimana mereka dapat mengubah iklim, merancang gempa bumi, mengaktifkan gunung berapi dari jarak jauh melalui penggunaan gelombang elektromagnetik. (dari berbagai sumber)***

No comments:

Post a Comment