Friday 25 December 2009

Al-Jahiz, Peletak Dasar Zoologi

MURID sekolah menengah pasti mengenal teori-teori penting dalam Biologi, seperti rantai makanan, seleksi alam, evolusi, dan perjuangan untuk hidup (struggle for existence). Bila ditanya, siapa pencetus gagasan ini? Mereka tidak ragu-ragu menunjuk Lamarck atau Charles Darwin atau ilmuwan barat lainnya. Tapi tahukah anda pencetus dasar-dasar biologi tersebut adalah seorang ilmuwan serba bisa dari Basrah, Irak, yaitu Al-Jahiz. Ilmuwan abad ke-9 ini telah mampu mengungkapkan konsep-konsep tersebut, ratusan tahun sebelum ahli biologi Barat mengenalnya.

Abu Uthman Amr Ibn Bahr al-Kinani al-Fuqaimi al-Basri, demikian nama aslinya, lahir di Basrah, Irak pada 781 ketika berkuasa Kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad. Al-Jahiz adalah cucu dari seorang budak kulit hitam asal Afrika Timur. Ia berasal dari keluarga miskin, untuk mempertahankan hidupnya Al-Jahiz muda menjual ikan di salah satu kanal-kanal Kota Basrah. Namun, kemiskinan tak membuat keluarga Al-Jahiz menyerah begitu saja, sang ibu berperan penting mendorong putranya untuk terus belajar.

Ia melanjutkan belajarnya hingga usia 25 tahun, dan berguru kepada sederet ilmuwan. Otaknya yang encer dan brilian membuatnya mampu menguasai beragam ilmu pengetahuan. Waktu luangnya dihabiskan untuk mendiskusikan berbagai subjek ilmu pengetahuan bersama pemuda lainnya di salah satu mesjid di Kota Basrah.

Semua tulisan dan karya-karya penting dilahapnya, termasuk buku-buku terjemahan filsafat Yunani, khususnya buah pemikiran Aristoteles. Pada 816 M ia memutuskan hijrah ke Baghdad untuk menyambangi "Bait al-Hikmah" sebuah pusat studi dan keilmuan terbesar di dunia saat itu. Untuk mengembangkan kemampuannya, ia memanfaatkan peluang yang diberikan para sultan yang memang antusias pada ilmu pengetahuan. Dalam 25 tahun, ia sudah mendapatkan berbagai pengetahuan, termasuk kajian Quran dan Hadits.

Di ibukota Kekhalifahan Abbasiyah ini, Al-Jahiz leluasa mengembangkan karirnya sebagai penulis berbagai subjek ilmu, ia mendapat dukungan dari pihak kerajaan dengan berbagai fasilitas. Sepanjang kariernya sebagai penulis piawai, lebih dari 200 naskah buku telah ia hasilkan. Khalifah Al-Makmun pun tertarik pada kehebatan ilmunya, pada suatu kesempatan ia diundang untuk mengajar anaknya, namun niat itu diurungkan karena anak itu takut pada tatapan mata melotot calon gurunya, dari sinilah sang jenius mendapat julukan Al-Jahiz yang berati si mata melotot.

Salah satu karya Al-Jahiz yang sangat fenomenal adalah "Kitab al-Hayawan" (Book of Animals), buku ini sempat dihargai 5.000 dinar emas oleh peminatnya. Kitab al-Hayawan merupakan sebuah ensiklopedia zoologi yang terdiri atas tujuh volume. Di dalamnya, Al-Jahiz mengupas dan menguraikan lebih dari 350 jenis binatang, diulas pula tentang kuman, teori evolusi, adaptasi, dan psikologi binatang. Kitab ini dipandang sejarawan sains sebagai karya besar dan terpenting yang telah disumbangkan Al-Jahiz bagi peradaban manusia. Dalam buku ini, Al-Jahiz secara khusus menguraikan teori evolusinya secara komprehensif. Teori itu didasarkan pada pengaruh lingkungan terhadap binatang.

Al-Jahiz merupakan penganut awal determinisme lingkungan. Menurutnya, lingkungan dapat menentukan karakteristik fisik penghuni sebuah komunitas tertentu. Asal muasal beragamnya warna kulit manusia pun, menurutnya, terjadi akibat hasil dari lingkungan tempat mereka tinggal. Hasil pemikiran Al-Jahiz mengenai dampak lingkungan terhadap keberlangsungan hidup binatang, menjadi cikal bakal teori struggle for existence. Ia menguraikan ide seleksi alam dan rantai makanan seperti tertulis dalam Kitab al-Hayawan:

”Binatang terlibat dalam sebuah perjuangan untuk mempertahankan hidupnya; mencari makanan, menghindar jadi mangsa, dan ber kembang biak. Faktor-faktor lingkungan memengaruhi organisme untuk mengembangkan karakteristik baru guna menjamin tetap bertahan hidup, kemudian bertransformasi menjadi spesies baru.”

Dari 200 buku yang pernah ditulis Al-Jahiz, sebanyak 30 buku berhasil diselamatkan, termasuk 87 lembar Book of Animals (kira-kira satu pertiga dari teks asli yang ditulis al-Jahiz) yang kini dipelihara dan disimpan di Perpustakaan Ambrosiana, Milan, Itali.

Setelah 50 tahun menetap di Baghdad, peletak dasar zoologi ini memutuskan untuk kembali ke tanah kelahirannya, Basrah. Ia tutup usia di kota itu pada Januari 869 dalam usia 93 tahun. Penyebab kematiannya belum jelas. Ada sebuah riwayat yang mengatakan bahwa ia mengalami kecelakaan, tertimbun buku di perpustakaan pribadinya. Namun, versi lain menyebutkan ia menderita sakit dan meninggal di bulan Muharram. (dari berbagai sumber)***

No comments:

Post a Comment