Friday, 26 December 2008

Buku Elektronik, Buku Terakhir yang Anda Beli

MASALAH yang selalu berulang dalam pengadaan buku adalah terbentur pada biaya produksi yang cukup besar (terutama harga kertas), mahalnya ongkos pengangkutan, dan bila tak laku dijual di pasaran, akan menimbulkan kerugian yang tidak sedikit, apalagi dipasarkan di masyarakat yang gemar membacanya masih minim. Namun kini persoalan besar pengadaan buku dapat teratasi dengan munculnya publikasi buku dengan cara elektronik, sedikit banyak akan menggairahkan industri komputerisasi dan tentunya bagi para penerbit buku itu sendiri.

Ide e-book sebenarnya telah lama menjadi impian. Para insinyur listrik yang bekerja dengan komputer tabung hampa selama PD II telah memimpikan akan adanya buku elektronik ini. Namun saat itu teknologi telah membelokkan impian mereka, terbentur pada perangkat keras yang belum tersedia. Tetapi sekarang, tidak hanya tersedia, malahan melimpah dan murah. Tidak memerlukan teknologi yang jelimet, pembuatan e-book tidak melibatkan sistem pemanduan rudal. Buku elektronik atau e-book (electronic book) berbasiskan laptop "bisu", yang hanya memerlukan pengetahuan bagaimana mengunduh teks dan grafik sederhana lalu materi ini ditampilkan pada suatu halaman pada suatu saat dan menjalankan sedikit format dasar dan trik pencarian teks yang dapat ditulis dalam bahasa Basic. Semuanya dapat dijalankan dengan teknologi komputer generasi awal dengan mikroprosesor lambat, kapasitas memori kecil, tampilan monokrom "liliput" dengan modem kecepatan "telepon tali".

Sebuah perusahaan dari Palo Alto, NuvoMedia, telah merintis pembuatan pembaca e-book (e-book reader) dengan meluncurkan produk e-book bernama Rocket eBook, bahkan perusahaan inilah yang pertama kali memasarkannya di toko-toko. Rocket eBook seharga US$ 199 memiliki cukup memori untuk menangani 19.000 halaman teks, setara dengan 50 judul novel.

Saat ini e-book reader yang paling dikenal adalah buatan Amazon.com. Toko buku online terbesar di dunia ini telah merilis e-book yang diberi nama Amazon Kindle. Selain Amazon, Apple dan Sony juga sudah merilis produk serupa namun tidak sepopuler Kindle. Dengan koleksi lebih dari 80.000 buku dan jaringan belanja online yang sudah kuat, Amazon berani berkoar bahwa Kindle sebagai iPod-nya penggemar buku.

Didukung teknologi nirkabel, pengguna Kindle dapat berlangganan bahan bacaan, ngeblog, dan gratis akses Wikipedia langsung dari Kindle tanpa memerlukan PC. Dengan kapasitas memorI yang ada bisa menampung sebanyak 80 novel dan dapat ditambah dengan SD Card. Dengan teknologi LCD tanpa backlight Amazon mengklaim usia baterainya akan lebih awet dibandingkan dengan pesaingnya, terutama Sony's Reader.

Pembaca juga akan sangat dimudahkan dalam menggunakan Kindle, selain menunya 'user friendly' juga bentuk fisiknya yang tipis dan ringan (300 gr) tidak membuat pengguna lelah mata dan pegal tangan. Kemampuan memutar MP3 juga dimiliki perangkat ini, namun tentunya Kindle dibuat bukan sebagai pemutar musik portabel.***

1 comment: