SEJARAH SINGKAT LAYOUT PIKIRAN RAKYAT - Kumpulan Tulisan - PROSES pembuatan surat kabar tak lepas dari perkembangan teknologi yang menyertai berdiri dan berkembangnya sebuah perusahaan media cetak. Begitu juga surat kabar Pikiran Rakyat sejak berdiri pada 24 Maret 1966 hingga saat ini, telah mengalami beberapa perubahan khususnya dalam proses layout halamannya.
Proses mounting yang dikerjakan layoutman (foto: newsandtecharchives.com)
Pada awalnya, proses layout surat kabar Pikiran Rakyat, seperti halnya perusahaan penerbitan lainnya di Indonesia masih dilakukan secara manual yang disebut dengan proses mounting, yaitu menata letak atau memposisikan berbagai komponen berita, seperti judul, isi berita, dan gambar. Komponen huruf atau karakter yang membentuk judul, isi berita, atau caption dihasilkan dari proses typesetting menggunakan mesin setting standar pada saat itu, yaitu Linotype. Mesin ini mampu mengatur karakter dalam satu baris. Mesin ini pernah digunakan Pikiran Rakyat pada kurun 1974 hingga 1986.
Setelah era Linotype berakhir, Pikiran Rakyat juga pernah menggunakan perangkat phototypesetting yang disebut VIP (Variable Input Phototypesetter) yang menggunakan proses fotografi untuk menghasilkan kolom-kolom hasil ketikan pada kertas foto. Kemudian Pikiran Rakyat juga mengadopsi mesin VIP merk Microtek yang dilengkapi layar CRT.
Tahun 1996 Pikiran Rakyat sudah mulai memasuki era komputerisasi yang dirintis oleh anak perusahaannya yaitu Mitra Desa. Berita yang diketik oleh wartawan menggunakan mesin ketik manual telah disalin dalam bentuk digital di komputer PC lewat software pengolah kata WordStar yang kemudian menjadi input untuk proses layout desktop publishing di perangkat komputer Apple Macintosh menggunakan software QuarkXPress. Hasil printout dari mesin ini kemudian dibuatkan lembaran-lembaran film dan plate-nya di bagian reprografi untuk dikirim ke bagian cetak menjadi surat kabar.
Tahun 2000-an teknologi computer to plate (CTP) mulai masuk ke Indonesia dan mulai menggantikan teknologi computer to film yang banyak dipergunakan perusahaan surat kabar di Indonesia pada saat itu termasuk Pikiran Rakyat. Teknologi CTP mampu memangkas pekerjaan repro (pembuatan film), karena hasil layout di komputer bisa langsung dibuatkan plate-nya. Karena keunggulan tersebut CTP akhirnya diadopsi oleh Pikiran Rakyat hingga sekarang.***
Pada awalnya, proses layout surat kabar Pikiran Rakyat, seperti halnya perusahaan penerbitan lainnya di Indonesia masih dilakukan secara manual yang disebut dengan proses mounting, yaitu menata letak atau memposisikan berbagai komponen berita, seperti judul, isi berita, dan gambar. Komponen huruf atau karakter yang membentuk judul, isi berita, atau caption dihasilkan dari proses typesetting menggunakan mesin setting standar pada saat itu, yaitu Linotype. Mesin ini mampu mengatur karakter dalam satu baris. Mesin ini pernah digunakan Pikiran Rakyat pada kurun 1974 hingga 1986.
Mesin setting Linotype menjadi monumen di Jalan Asia-Afrika no 77 Bandung.
Setelah era Linotype berakhir, Pikiran Rakyat juga pernah menggunakan perangkat phototypesetting yang disebut VIP (Variable Input Phototypesetter) yang menggunakan proses fotografi untuk menghasilkan kolom-kolom hasil ketikan pada kertas foto. Kemudian Pikiran Rakyat juga mengadopsi mesin VIP merk Microtek yang dilengkapi layar CRT.
Mesin setting VIP yang dilengkapi monitor CRT (foto: Flickr.com)
Komputer desktop All-in-one Apple iMac.
Tahun 2000-an teknologi computer to plate (CTP) mulai masuk ke Indonesia dan mulai menggantikan teknologi computer to film yang banyak dipergunakan perusahaan surat kabar di Indonesia pada saat itu termasuk Pikiran Rakyat. Teknologi CTP mampu memangkas pekerjaan repro (pembuatan film), karena hasil layout di komputer bisa langsung dibuatkan plate-nya. Karena keunggulan tersebut CTP akhirnya diadopsi oleh Pikiran Rakyat hingga sekarang.***
Computer to plate buatan Agfa (wikipedia).
Bila sobat ingin mengetahui lebih jelas tentang teknis layout surat kabar Pikiran Rakyat silakan download e-book app-nya di sini:
No comments:
Post a Comment