Thursday 5 August 2021

Emisi Masa Hidup Mobil Listrik Lebih Rendah dari Mobil Bensin

 

Sedikit emisi gas rumah kaca dilepaskan EV dibanding mobil berbahan bakar bensin.* Foto: Tesla.com


ADA sedikit kesalahpahaman di seputar kendaraan yang digerakkan listrik, khususnya menyangkut masa hidupnya.

Diklaim bahwa mobil dengan mesin pembakaran lebih awet dibanding jenis yang digerakkan batere.

Namun, sebuah studi baru telah menyanggah argumen ini, seperti dilansir Indiatimes.com.

Studi terbaru mengklaim bahwa seluruh rentang hidup kendaraan listrik (electric vehicle, EV), dari penggalian material hingga mobil menjadi rongsokan, seluruh prosesnya akan melepaskan sedikit emisi gas rumah kaca dibanding mobil berbahan bakar bensin.

Studi ini dipimpin Georg Bieker, seorang peneliti pada kelompok riset nirlaba Dewan Internasional Transportasi Bersih (International Council on Clean Transportation, ICCT).

Dalam laporannya, mereka mengamati emisi dari mobil listrik ukuran menengah yang terdaftar pada 2021 di negara-negara seperti China, India, Amerika Serikat, atau Eropa.

Mereka mengamati bahwa emisi sepanjang masa di Eropa tercatat antara 66 hingga 69 persen lebih rendah dibanding kendaraan bensin.

Di Amerika Serikat, EV menghasilkan 60 hingga 68 persen emisi.

China yang banyak menggunakan batu bara untuk memproduksi listriknya, terlihat rentang antara 37 hingga 45 persen, dan India di kisaran 19 - 34 persen.

Studi ini diasumsikan bahwa kendaraan terdaftar pada 2021 dan akan aktif di jalanan untuk 18 tahun.

Pengasumsian empat kawasan yang disebutkan tersebut harus berlanjut dengan pengumuman program dekarbonisasi di negara-negara tersebut.

Dengan demikian, pada 2030 kita bisa menyaksikan celah yang melebar di antara kalangan yang berpihak pada EV bertenaga batere (BEV).

Studi ini juga menghitung pada teknologi mesin yang lebih efisien dan metode produksi yang lebih baik.

Hasil studi ini menggarisbawahi bahwa celah ini diprediksi 74-77 persen di Eropa, 62–76 persen di AS, 48–64 persen di China dan di India, 30–56 persen.

Namun Bieker mewanti-wanti bahwa tidak ada masa depan bagi mesin-mesin pembakaran bila banyak orang menginginkan dekarbonisasi.

Bahkan dengan memperkenalkan bahan bakar bio (biofuel) pun tidak akan membantu mesin-mesin pembakaran internal ini.

“Kendaraan bermesin pembakaran apapun tidak mampu mengantarkan penurunan gas rumah kaca yang dibutuhkan untuk hidup dalam perubahan iklim ini,” kata Bieker.

Jadi secara global kita perlu secara bertahap keluar dari era mobil bermesin pembakaran.***

Sumber: Zona Priangan/Dede Suhaya

No comments:

Post a Comment