GIDEON Mantell begitu takjub mengamati deretan gigi yang telah membatu, bentuk gigi itu menyerupai gigi kadal yang dikenalnya, namun ukurannya tidak lazim. Ia berpikir keras, hingga berkesimpulan bahwa benda yang dia temukan itu adalah semacam fosil gigi yang berasal dari nenek moyang kadal iguana yang telah punah. Ia kemudian menamakan hewan tersebut Iguanodon yang berarti ’gigi iguana’.
Peristiwa di tahun 1825 itulah yang menandai tonggak pertama sejarah penemuan dan perburuan fosil dinosaurus hingga saat ini. Sejak dokter berkebangsaan Inggris itu menemukan fosil dinosaurus, masyarakat di seluruh dunia dibuat terpesona oleh "kadal mengerikan" itu, dan mereka mencoba mencari lebih banyak fosil lagi.
Perburuan pun serentak dilakukan di mana-mana, persaingan untuk mendapatkan fosil sebanyak-banyaknya tak terelakkan lagi hingga melibatkan pasukan bersenjata. Di Amerika Serikat persaingan sengit bahkan terjadi di antara para ilmuwan. Tercatat Edward Drinker Cope, seorang kolektor fosil yang banyak menemukan fosil --di antaranya Triceratops, Camarasaurus, dan Coelophysis-- bersaing ketat dengan profesor paleontolog dari Universitas Yale, Othniel Charles Marsh yang sukses menemukan fosil Dimetrodon, Stegosaurus, dan Allosaurus. Persaingan para pemburu fosil ini menyeret mereka pada kancah "perang tulang" (The Bone Wars). Perang ini akhirnya dimenangi oleh Charles Marsh karena ia berhasil mengumpulkan 86 spesies dinosaurus, sementara rivalnya hanya mendapatkan 56 spesies.
Awal abad ke-20, berbagai ekspedisi pencarian fosil membuahkan hasil yang cukup gemilang. Di Kanada, Barnum Brown dari Museum Sejarah Alam Amerika berhasil menggali fosil dinosaurus bermoncong paruh bebek, dinosaurus bertanduk, dan spesimen awal Tyrannosaurus rex. Keberhasilannya kembali terulang ketika ekspedisi diperluas ke Gurun Gobi di Asia Tengah.
Zaman keemasan penemuan fosil seperti di atas, agaknya akan berulang dalam dekade mendatang abad ini. Hal ini telah diramalkan oleh para paleontolog. Menurut mereka, sekarang ini merupakan saat-saat indah bagi para pegiat dinosaurus. Hampir setiap bulan para paleontolog menemukan berbagai jenis fosil.
Berbagai penemuan di Cina, Afrika Selatan, dan Spanyol seolah menjadi tempelan daging yang sangat berarti bagi tulang-tulang yang telah memfosil. Dengan penemuan-penemuan baru tersebut, dinosaurus menjadi tidak lagi semisterius yang mereka duga sebelumnya.
Para ilmuwan Cinalah yang telah meretas jalan bagi serangkaian penemuan luar biasa ini, seperti penemuan Microraptor gui, dinosaurus bersayap empat, juga makhluk raksasa mirip burung, yang bobotnya lebih dari satu ton dengan cakar mirip belati serta paruhnya yang besar. Gigantoraptor setinggi dua kali manusia ini merupakan mimpi buruk bagi mangsanya.
Dengan beberapa kawasan di dunia yang sebelumnya tidak dieksplorasi, kini dibuka oleh para paleontolog, fosil dinosaurus pun bermunculan. Barangkali ini akan menjadi petunjuk lebih jauh bagaimana mereka hidup, dan juga bagaimana mereka punah.
"Bila Anda menengok ke belakang dari sejarah paleontologi, Anda melihat ada berbagai era, kita sebut era-era keemasan, dan kini kita memasuki salah satunya," ujar Paul Sereno, seorang paleontolog paling populer dari Universitas Chicago, Amerika Serikat.
"Saat ini kita banyak melakukan pekerjaan, di berbagai benua, di banyak museum, di laboratorium, dan di lapangan, aktivitas yang belum pernah dilakukan dalam sejarah disiplin ilmu ini, dan inilah yang telah membangun era keemasan tersebut," ujar pemburu fosil ini.
Mencuatnya wacana era keemasan baru dalam penemuan dinosaurus, bermula dari sebuah paper akademik yang dipublikasikan baru-baru ini oleh seorang paleontolog terkemuka dari Universitas Pennsylvania, Peter Dodson.
Bekerja sama dengan ahli statistik Steve Wang dari Swarthmore College, Profesor Dodson telah menciptakan sebuah model komputer, yang hasil prediksinya cukup mengejutkan.
Model komputer itu telah menaksir bahwa museum-museum dan institusi-institusi riset di seluruh dunia saat ini hanya menangani sekitar 30% dari jenis dinosaurus yang mungkin ada. Sementara 70% lainnya menunggu untuk ditemukan.
"Berdasarkan pada apa yang terjadi sebelumnya, kami memproyeksikan di masa depan dan menemukan beberapa poin --kami tak bisa mengatakan kapan, tetapi suatu saat di abad mendatang atau dua abad mendatang, ketika kita telah menemukan seluruh jenis dinosaurus-- jumlah totalnya akan sekitar 1.850 jenis dinosaurus," ungkapnya. Ketika studi ini dilakukan, telah diketahui ada 527 jenis dinosaurus yang telah ditemukan.
Para peneliti memprediksi bahwa 75% dari seluruh jenis yang bisa ditemukan akan ditemukan dalam 100 tahun ke depan, dan 90 persen dalam 140 tahun.
"Ini merupakan pertaruhan yang aman bagi bayi yang lahir saat ini, ia bisa berharap besar dalam karier sebagai paleontolog dinosaurus," ujar Peter Dodson. Namun, bagi cucu si bayi mungkin tidak akan seberuntung kakeknya, tambah Dodson, karena penemuan-penemuan baru akan menurun secara drastis di awal abad ke-22.
Akan tetapi, menurut Dodson, prediksinya mengenai fosil yang menunggu ditemukan ini, tidak merefleksikan keanekaragaman sebenarnya dari seluruh dinosaurus yang pernah hidup. Para ilmuwan menaksir bahwa hampir setengahnya dari seluruh jenis dinosaurus yang pernah ada mati tanpa meninggalkan jejak. Dinosaurus yang tidak diketahui ini akan hilang selamanya dari dunia ilmu pengetahuan.
Ledakan penemuan
Hingga tahun 1969, kecepatan penemuan dinosaurus hanya sekitar satu genus per tahunnya. Kemudian dari tahun 1970, kecepatannya sekitar enam penemuan per tahun. Dan sejak 1990, telah meningkat menjadi 15 penemuan setiap tahunnya.
Salah satu penemuan penting di tahun 2006 adalah ditemukannya Turiasaurus --dinosaurus terbesar dari Eropa-- dan sebuah fosil dari spesies Plateosaurus yang ditemukan di kedalaman 2.256 m di bawah dasar Laut Utara, peristiwa ini tercatat sebagai penemuan dinosaurus paling dalam.
Sementara itu, Paul Barrett dari Museum Sejarah Alam di London memaparkan sejumlah alasan di balik ledakan dalam penemuan fosil baru-baru ini.
Terutama, menurut dia, karena ada banyak orang yang mulai mengeksplorasi bagian-bagian dunia yang terpencil dan sulit dijangkau, dan tentu saja ada banyak paleontolog yang melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti ini.
"Telah terjadi peningkatan yang luar biasa dalam kecepatan penemuan di seluruh dunia," ujarnya. Dalam lima tahun terakhir ini, setiap tahun kita melihat sekurangnya 20 jenis dinosaurus baru muncul dalam literatur sains.
Walaupun mungkin beberapa fosil telah hancur seiring berjalannya waktu atau terkubur begitu dalam sehingga tak terjangkau para paleontolog saat ini, cepat atau lambat akan ditemukan oleh generasi mendatang lewat peristiwa alam seperti gempa bumi atau longsor. Dan perlu diingat, sebagian besar Afrika, Amerika Selatan, dan Asia Tengah relatif belum terjamah para pemburu fosil.
"Ketika kita berhasil mengungkap semuanya, dan menemukan batuan yang tepat dengan tampilan yang cocok, bukan mustahil kita akan menyaksikan ledakan baru dalam penemuan dinosaurus," tambah Dr. Barrett.
Dari sana diharapkan ada sejumlah petunjuk bisa ditemukan, termasuk penyebab sesungguhnya dari punahnya dinosaurus 65 juta tahun yang lalu. Teori yang paling terkemuka saat ini adalah akibat sebuah asteroid menghantam Bumi, tepatnya di kawah Chicxulub, semenanjung Yucatan.
"Sesuatu yang menakjubkan dari rekaman geologi dan fosil adalah cepat atau lambat dari bukti-bukti tersebut, akan mengarahkan pada sesuatu yang semula tak akan pernah terjawab, dan akan mengubah keseluruhan gambarannya," ujar Profesor Sereno.
Petualangan mengasyikkan
Apa sesungguhnya motivasi di balik kegairahan para paleontolog dalam memburu fosil hingga ke tempat-tempat yang belum pernah terjamah?
Luis Chiappe, seorang kurator dan direktur Institut Dinosaurus di Museum Sejarah Alam Los Angeles mengatakan, keasyikan yang sesungguhnya dalam petualangan ini adalah mendapatkan banyak fosil dari jenis dinosaurus yang sudah terkenal.
Mereka akan kegirangan bila mendapatkan tengkorak baru dari karnivora terbesar semisal Tyrannosaurus rex (T. rex), Spinosaurus aegyptus, atau si "pencuri gesit" Velociraptor yang populer lewat serial Jurassic Park.
Spesimen-spesimen baru ini akan memberikan pemahaman yang lebih baik, bagaimana hewan itu tumbuh, secepat apa tumbuhnya, bagaimana perbedaan antara jantan dan betina, serta antara individu muda dan dewasa.
"Satu sampel yang bagus dari spesimen ini akan memberi Anda lebih banyak informasi mengenai sifat biologi dan fisiologi dari spesies tersebut," ujar Chiappe menjelaskan. (Dede Suhaya, dari berbagai sumber)***
Foto diambil dari : www.flickr.com
saya sngt tertarik dgn ilmu paleontologi...bisakah anda memberi tahu tempat kuliah yang bagus??
ReplyDeletedi Fakultas Biologi UGM atau Unpad
Delete